Senin, 28 April 2025

Cerdas Memilih Calon Gubernur NTT


  • Penulis Thomas Koten
  • Rabu, 21 Agustus 2024 | 15:00
  • | Catatan
 Cerdas Memilih Calon Gubernur NTT Thomas Koten. Analis Sosial dan Politik. (Foto Istimewa)

Oleh: Thomas Koten

HARI-HARI ini, akustik ruang publik negeri ini sedang disesaki dengan aktivitas politik demokrasi pilkada serentak yang akan berlangsung pada bulan November 2024. Saat ini, para calon pemimpin daerah provinsi, kabupaten, dan kota madya, sedang gencar melakukan safari politik mempromosikan diri untuk menyukseskan keterpilihannya.

Dalam safari poitik itu, semua calon merasa sanggup memimpin daerahnya, dan tak ada yang mengatakan tidak sanggup, termasuk para calon pemimpin di Provinsi NTT, sebuah provinsi kepulauan yang terdiri atas 1.192 pulau. Adalah provinsi yang identik dengan nama Flobamora; Flores, Sumba, Timor dan Alor, yang memiliki sebuah kekhasan yang memang sangat berbeda dengan daerah lain di negeri ini.

Pertanyaan, bagaimana calon gubernur NTT memosisikan diri sebagai pemimpin pluralis yang akan memimpin masyarakat kepulauan dengan sejuta keindahan alam dengan pesonanya yang menyebar di seluruh sayap-sayap pulau?

Aspek Pluralisme dan Toleransi Khas Flobamora

Berbicara tentang pembangunan NTT, sebuah provinsi yang hingga kini masih dibelenggu oleh kemiskinan, korupsi, sungguh kompleks. Karena banyak sekali aspek yang harus dibenahi, diperbaiki dan dibangun. Adalah aspek ekonomi dengan peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan sosial, SDM yang berkualitas dan berdaya saing, pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, pariwisata dan lingkungan hidup dan lain-lain.

Selain itu, wacana tentang perubahan pun selalu digelontorkan setiap 5 tahun sekali. Mamun, wajah pembangunan NTT hingga kini terlihat lebih berupa polesan di sana sini tanpa perubahan dan kemajuan yang signifikan. Sosok dan wajah pemimpin datang dan pergi silih berganti, tetapi hasil pembangunan masih jauh dari harapan. Kemiskinan, keterbelakangan, dan korupsi masih menjadi hantu yang terus mengganggu.

Dan berbicara tentang calon gubernur dan apa yang mesti dibuat untuk mengubah dan menggerakkan pembangunan di bumi Flobamora, benar-benar tidak pernah ada kata akhir. Wacana, narasi, harapan, dorongan, bahkan desakan tak pernah berhenti dalam pemberitaan. Tetapi, semua itu seperti menguap tanpa bekas.

Saat ini tentu banyak program indah dan janji-janji manis berseliweran dari para calon. Semua itu tentu bersentuhan dengan berbagai aspek yang sudah disinggung di atas. Namun, satu aspek yang menjadi penekanan dalam tulisan ini adalah tentang perlunya perhatian khusus pada aspek pluralisme budaya, etnis, dengan spiritualitas keagamaan yang kental, khas Flobamora yang tidak boleh dirasuki oleh spiritualitas keagamaan lain dengan aliran-alirannya yang bertentangan dengan keharmonisan dan isi batin masyarakat Flobamora.

Artinya, bahwa pluralisme agama, budaya, etnis, adat dan bahasa dengan watak toleransi yang sangat tinggi, khas Flobamora, mutlak tidak boleh dinodai oleh aliran-aliran lain dari luar. Dan bukan tidak mungkin, daerah wisata Labuan Bajo dengan Taman Nasional Komodo akan dijadikan pintu gerbang masuknya aliran-aliran keagamaan tertentu yang mencoba merasuki dan merusak tatanan kebatinan masyarakat NTT.

Hal itu harus benar-benar dicermati  oleh para politisi, para elite Flobamora, partai politik serta masyarakat politik yang hendak memilih gubernur NTT. Semua masyarakat pencinta pluralisme, dan penyemangat toleransi di bumi Flobamora harus cermat dan cerdas dengan menyingkirkan calon gubernur NTT yang di back up oleh kekuatan ekonomi tertentu dengan tujuan terselubung yaitu ingin merusak tatanan kebatinan masyarakat NTT yang sangat khas itu.

Cerdas Memilih Calon Gubernur

Bumi Flobamora sudah dihuni semua umat beragama; Katolik, Kristen, Islam, Hindu, Budha, Khonghucu, dan aliran kepercayaan. Meskipun mayoritas Katolik, tetapi tingkat toleransi di bumi Flobamora ini sangat tinggi. Hidup bersama dengan etika saling menghormati dan saling mendukung sangat kental.  Kondisi ini harus dipertahankan dan tidak boleh dirasuki aliran keagamaan lain yang bisa merusak tatanan keagamaan atau kebatinan yang sudah ada dan tumbuh di bumi Flobamora.

Semua agama memang memiliki fungsi sosial agama yakni mendukung dan memelihara serta melestarikan keanekaragaman masyarakat. Semua agama juga mengajarkan tentang toleransi dan solidaritas, tetapi bukan tidak mungkin dalam agama-agama ada  ideologi tertentu yang dianut oleh kelompok agama-agama yang tidak pas untuk diterapkan dalam masyakat plural seperti di NTT.

Itu akan sangat merusak tatanan kebatinan masyarakat Flobamora, sehingga harus dicegah dengan tidak memilih pemimpin yang diboncengi aliran tertentu yang di back up oleh pemodal besar dengan kepentingan dan tujuan tertentu. Kesalahan dalam memilih, akan sangat mengerikan bagi keberlanjutan hidup kebatinan masyarakat Flobamora yang sangat khas tersebut.

Intinya, masyarakat politik NTT harus cerdas dalam memilih gubernurnya. Sekali lagi, salah memilih akan berakibat  fatal di kemudian hari. Para elite NTT harus mencari tahu siapa yang memodali sang calon dalam Pilkada 2024 ini.

Penulis adalah Analis Sosial-Politik.

 

Editor : Farida Denura
Penulis : Thomas Koten

Catatan Terbaru